Juli 2014


Saya hanyalah mahasiswi biasa. Saya berkuliah mengambil jurusan Sistem Informasi pada sebuah Universitas swasta terkemuka di daerah Depok, Jawa Barat. Karena latar belakang saya adalah mahasiswa ilmu komputer, saya tidak mengetahui perihal hukum. Saya buta akan hukum tapi ingin sekali rasanya saya mengerti hukum bahkan pindah jurusan hukum jikalau saya menemukan kasus mengenai ketidakadilan hukum di Negeri kita ini.

Salah satu contohnya adalah kasus yang saya baca kemarin pada salah satu artikel seseorang yang saya dapat dari twitter, betapa tersayatnya hati ini membaca artikel tersebut. Seolah manusia tidak mempunyai rasa simpati apalagi empati terhadap sesama manusia, khususnya wanita yang seharusnya dilindungi. Mari dibaca terlebih dahulu kasus tersebut di: http://kartikajahja.tumblr.com/post/91041756653/benar-tak-selalu-menang-kisah-perjuangan-berat

Secara singkatnya adalah ini merupakan kasus kekerasan seksual yang terjadi Januari lalu di ruang genset halte harmoni oleh 4 orang petugas Transjakarta. Berikut merupakan kutipan dari artikel tersebut Perempuan itu adalah YF. Ia baru saja siuman dari pingsan ketika 4 petugas transjakarta memperkosanya bergantian di ruang genset berbau pesing di halte harmoni sentral Januari lalu. YF memang menderita berbagai penyakit. Ia sering pingsan. Sejak kecil sering sekali ia keluar masuk rumah sakit. Di hari kejadian, kota Jakarta sedang banjir di mana-mana. Udara dingin memicu penyakitnya. Ia jatuh pingsan dalam bus transjakarta. Dibantu seorang penumpang , ia turun di halte harmoni. Dalam keadaan yang masih lemas, ia dibopong oleh para pelaku ke ruang genset. Di ruangan inilah ia mengalami perkosaan bertubi-tubi. Setelah itu,  masih dalam keadaan shock YF pulang ke rumah. Belum benar-benar menyadari apa yang baru saja ia alami. Ini adalah hal yang dialami semua korban perkosaan. Tapi malam itu ia tak bisa berhenti menangis. Esok harinya, dengan mengumpulkan segala keberanian, ia melaporkan kejadian yang menimpanya. “ selebihnya bisa anda baca di artikel yang sudah saya berikan linknya diatas.

Yang lebih mengherankan bahkan cenderung membuat amarah adalah jaksa hanya menentut pelaku dengan 1 Tahun 6 Bulan di potong masa tahanan 5 Bulan. Padahal Jaksanya adalah perempuan, dimana rasa simpati dan empati terhadap sesama wanita? Melihat cerita di artikel tersebut membuat yang membacanya sangat marah. Pasalnya bagaimana bisa perilaku sekeji itu hanya dihukum sebentar sekali? Pelecehan tersebut sama saja merendahkan kaum wanita yang seharusnya dilindungi bukan malah diperlakukan seperti itu.

Saya tidak habis pikir, apakah jaksa dan orang-orang yang mengurusi kasus tersebut bahkan pelaku tidak pernah berfikir bagaimana jika kasus tersebut dialami oleh keluarganya? Bahkan keluarga terdekatnya ntah itu anak atau istrinya? Kemanakah perginya keadilan di Negeri ini? Mana katanya warga Indonesia sopan dan santun membantu sesama? Saya tak mengerti salahnya dimana dan apa yang harus diubah tapi saya rasa hukum di Negeri ini harus diubah, bukan hanya hukumnya tapi juga orang-orang yang bergerak didalamnya jangan hanya menerapkan hukum “uang diatas segalanya”.

Saya berharap kita bisa lebih sadar akan pentingnya membantu sesama atas dasar fakta yang ada, mana yang harus dibela mana dan mana yang bersalah dan harus dihukum seberat-beratnya, karena bukannya hukum dibuat untuk menimbulkan dampak jera bagi pelakunya? Jika hukuman hanya lebih dari 1 tahun dan kurang dari 2 tahum bagaimana bisa jera? Dan hukum juga dibuat agar menciptakan keadilan yang seadil-adilnya untuk membuat Indonesia yang lebih baik. Jika tidak dimulai dari kita sebagai generasi muda, lantas siapa lagi?

Dimanakah keadilan?

Posted on

Rabu, 09 Juli 2014


Tik tik tik tik tik... Pagi itu air hujan membasahi seluruh Jakarta. Tiba-tiba terdengar bunyi suara ringtone handphone dari salah satu pemilik anggota keluarga pada rumah yang terlihat asri dikawasan padat penduduk di Jakarta Selatan, tepatnya di Blok S.
Kring.. kring.. kring..


“Lo baru bangun Sya?” kata suara disebrang telpon dengan nada tinggi

“Hah? Knp dey? Ini gue baru banget bangun ini juga karena denger bunyi telpon dari lo” kata Arsya

“Ini udah jam 6 Arsya. Lo gak inget pesawat kita boarding jam 10 jangan sampe telat lo ya!” kata Deya

“Haha iya Deya selow aja ini langsung siap-siap kok terus cus ke airport sampai ketemu disana!” kata Arsya kemudian menutup telponnya.


Arsya adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara, namun Arsya memiliki 1 saudara tiri karena orang tua Arsya sudah bercerai semenjak Arsya duduk di bangku SD tepatnya saat Arsya kelas 6 SD. Ibu Arsya sudah menikah dengan duda beranak 1, oleh sebab itu Arsya memiliki 1 kakak tiri. Arsya merupakan tipikal anak yang periang bahkan banyak yang tidak tau kalau dia mempunyai ayah tiri. Arsya memiliki 3 orang sahabat perempuan yaitu Deya, Farah, Dira dan 3 orang sahabat lelaki yaitu Arwi, Rinda, dan Dito.


Hari ini Arsya bersama ketiga sahabat perempuannya akan pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia selama 3 hari 2 malam untuk berlibur. Waktu sudah menunjukan jam 7 pagi dan saatnya Arsya berangkat dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta. Arsya mulai memasukan kopernya kedalam bagasi taksi yang akan membawanya ke bandara. Selama perjalanan Arsya hanya memandangi rintikan hujan dari jendela taksi dan kemudian terdengar sebuah lagu dari radio.


“So kiss me and smile for me.. Tell me that You’ll wait for me.. Hold me like you’ll never let me go.. ‘Cause i’m leaving on the jet plane.. I don’t know when I’ll be back again.. Oh babe, I hate to go..”


Rupanya lagu itu adalah lagu ‘Leaving On A Jet Plane’ yang dinyanyikan oleh Chantal Kreviazuk. Lagu itu mengingatkan Arsya kepada pacarnya yaitu Argha. Berat untuk Arsya meninggalkan Argha apa lagi untuk pergi jauh seperti ini. Tapi salah satu alasan Arsya untuk pergi adalah untuk memikirkan hubungan mereka lebih lanjut karena jujur saja Arsya sudah lelah menjalani hubungan dengan Argha.


Arsya dan Argha sudah berpacaran selama 2 tahun. Hubungan mereka tidak berlangsung dengan baik karena Argha yang memilki sifat kekanak-kanakan. Kerjaan Argha sehari-hari hanya main game online dan pergi bersama teman-temannya. Bahkan kuliahnya pun terabaikan. Bukan hanya itu, orang tua Arsya tidak begitu setuju anaknya dengan Argha salah satunya karena sifat Argha yang seperti itu. Acuh tak acuh terhadap masa depan.


Cinta itu buta, ya begitulah kata orang dan Arsya menyadari hal itu. Meski sifat Argha yang seperti itu, Arsya tetap menyayangi Argha dan selama ini, hanya Arghalah yang bisa membuat Arsya senyaman ini. Banyak sifat-sifat kecil yang dilakukan Argha yang membuat Arsya nyaman didekatnya dan ada saja hal yang dilakukan Argha bisa membuat Arsya tertawa dibuatnya. Hal-hal gila Argha membuat hidup Arsya lebih berwarna dan jarang sekali orang seperti Argha.


Lagu tersebut selesai dimainkan. Lalu Arsya bergegas mencari sesuatu didalam tasnya. Rupanya Arsya mengambil handphonenya  dan terkejut melihat ada 5 panggilan tak terjawab dari Arwi. Arsya mengabaikan panggilan tak terjawab itu dan langsung mencari kontak seseorang. Kemudian menelpon nomer tersebut.


Tutt.. tutt.. tutt.. 8 kali Arsya mencoba menelpon tetapi tidak diangkat juga. Sekali lagi Arsya coba menelpon dan akhirnya kali ini panggilannya terjawab,

“Halo Argha kamu dimana?”, kata Arsya

“Hai sayang, aku dirumah, baru bangun nih. Tumben ya aku udah bangun jam segini. Kamu dimana? Udah sampai bandara? Hati-hati ya”, Argha menjawab

“Belum nih sebentar lagi aku sampe kok. Kamu juga hati-hati ya di Jakarta. Dadah!”, kata Arsya

“Iya sayang. Kabarin aku jangan lupa loh! Cepet pulang! Dadah! “ lalu Argha menutup telponnya.


Sesampainya dibandara, Arsya bertemu dengan Deya, Farah, Dira, dan Arwi. Arsya bertanya-tanya mengapa Arwi ada disini? Padahal yang akan pergi hanya berempat yang cewek saja. Arsya menyapa keempat orang sahabatnya dan mereka semua langsung heboh sendiri dengan barang bawaan mereka yang cukup banyak padahal mereka berlibur hanya 3 hari tapi barang bawaan mereka menunjukan seakan mereka berlibur hingga seminggu lamanya. Tiba-tiba Arwi mendekati Arsya dan bertanya,


“Lo kemane aje sih gak angkat telpon gue? “, kata Arwi

“Handphone gue di silent pak jadi gak denger. Emangnya lo telfon gue ada apa sih? Sampe ada 5 missed calls gitu?”, jawab Arsya

“Hahahah kebiasaan banget lo silent hp. Gue kan mau menawarkan tebengan buat ke bandara, yang lainnya juga tadi pada berangkat sama gue.”, jawab Arwi

“Emang deh baik lo tuh gak ilang-ilang ya! selalu bisa jadi orang yang paling bisa diandalkan diantara kita-kita. Gak apa-apa lah Ar, gue juga udah terlanjur pesen taksi dari semalem”, kata Arsya menjelaskan.


Waktu sudah menunjukan pukul 08.30 WIB sudah waktunya mereka untuk check in, bayar airport tax dan masuk keruang tunggu. Arwi hanya mengantarkan hingga pintu lobby saja dan kita berempat mengucapkan terimakasih kepada Arwi dan kemudian Arwi menghilang dari kejauhan. Mereka berempat belum sempat sarapan, selagi menunggu keberangkatan mereka membeli makanan cepat saji yang ada di bandara. Setelah selesai mengisi perut, lalu mereka menuju ruang tunggu keberangkatan. Sebelum masuk ruang tunggu, mereka harus memeriksakan passport. Tak lama menunggu, para penumpang diizinkan masuk kedalam pesawat.


Perjalanan sekitar 2 jam lebih. Akhirnya mereka sampai di KLIA (Kuala Lumpur International Airport) yang berada di daerah Sepang. Sesampainya di KLIA, mereka langsung bergegas mencari taksi untuk menuju hotel yang berada di daerah Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Harga taksi disana terbilang sangat mahal, bayangkan saja dari airport ke Bukit Bintang saja dipatok harga 128 RM sekitar 450 ribu rupiah padahal jaraknya hanya sekitar 1 jam perjalanan. Sesampainya di Bukit Bintang, mereka mencari hotel tempat mereka menginap yang berada dijalan Alor.


Hotel mereka menginap tepat berada didepan restauran kaki lima. Memang Bukit Bintang tersebut tempatnya para turis jadi tak heran banyaknya warga asing yang berada didaerah ini khususnya bagi turis yang ingin mencicipi berbagai makanan khas restaurant tapi harga kaki lima. Sehabis menaruh barang-barang mereka dikamar hotel, mereka memutuskan untuk makan makanan kaki lima tersebut. Disini minuman yang terkenalnya adalah ice tea, ice tea berbeda dengan di Jakarta, kalau di Jakarta kita mengenalnya dengan teh tarik. Sehabis makan mereka kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk mengitari daerah Bukti Bintang.


Mereka semua berjalan-jalan mengelilingi mall yang ada disana, mulai dari Lot 10, pavillion, dan Starhill Gallery. Saat ingin menuju pavillion mereka menemui sebuah toko yang menjual beraneka macam es krim yang memiliki bentuk yang lucu dan rasa yang bermacam-macam pula. Arsya membeli es krim rasa choco-marsmellow. Rasanya enak sekali! Sayangnya di  Jakarta es krim seperti ini jarang dijumpai. Tak lupa mereka ke Sephora, itu adalah surganya para wanita karena disana menjual berbagai jenis kosmetik. Tentu saja harganya mahal dan biasanya jarang ditemui di Jakarta, bahkan di Indonesia.


Tak terasa hari sudah malam. Arsya terlihat murung, tak seperti biasanya karena Arsya selalu saja bawel tak bisa diam apa lagi saat berpergian seperti ini. Hera menghampiri Arsya dan bertanya alasan kemurungan Arsya. Arsya menjawab kalo dia kepikiran akan kejadian 2 hari yang lalu, saat itu dia berada disebuah mall di Jakarta Selatan, saat sedang berjalan dengan Mamanya, dia melihat dari kejauhan sosok seorang pria seperti Argha. Dalam hati Arsya berfikir mungkin hanya mirip saja, tapi ketika melihat lebih dekat, ternyata benar itu Argha. Argha terlihat sedang bergandengan tangan bersama seorang wanita berambut pendek dan wanita itu adalah adek kelas Argha yang memang pernah mempunyai hubungan dengan Argha. Arsya menyadari siapa wanita itu tapi Arsya hanya diam dan menutup mulutnya rapat-rapat.


Setelah mendengar cerita itu, Dira sangat kaget mendengarnya dan berkata,

“Udah ketauan selingkuh gitu dan lo Cuma bisa diem Sya? Lo inget gak berapa kali sih dia ketauan jalan sama cewek kaya gini? Kalo gue itung ini udah ke 3 kalinya ya Sya.” Kata Dira

“Ya tapi selama ini kan Argha udah janji untuk gak kaya gitu lagi. Mungkin aja dia gitu juga karena lagi bosen sama hubungan gue dan dia. Udah 2 tahun gamungkin gak bosen kan Ra?” jawab Arsya

“Tapi gak begini juga Sya. Inget gak udah berapa kali lo masuk UGD karena asma? Gue tau asma lo kambuh kalo lo udah mikirin dia kan? Berantem sama dia kan? Coba lo inget kapan sih dia ada disaat lo butuh? Setiap janjian sama lo aja dia selalu telat kan? Telatnya aja bisa sampe 4 jam. Inget gak lo waktu terakhir lo berantem dan asma lo kambuh, lo sendirian dirumah dan dia gak peduli kalo lo masuk UGD lagi? Malah Arwi deh yang bela-belain bolos kuliah buat nemenin lo.” Kata Dira.


Mendengar perkataan Dira, Arsya tidak dapat berkata apa-apa karena semua yang dikatakan Dira benar. Mata Arsya berkaca-kaca. Melihat Arsya seperti itu, Dira berkata,

“Gue tau cinta itu buta dan lo nyaman sama dia. Tapi sekedar nyaman aja itu gak cukup sahabatku. Get up and you should love yourself more than him. Sorry to say but he’s a jerk and you deserve a better man. I’m saying this to you because I care about you. Open your heart and see it with you heart not your eyes so you’ll find your real soulmate.”

“Iya Ra, thanks a lot for your advise.” Kata Arsya.


Untuk mencairkan suasana, Farah membawa makanan korea yang ada pada food court di pavillion.

“Nih gue bawain makanan. Makan gih dari pada sedih-sedih mulu. Disini kan kita mau liburan. Makanan ini juga gratis loh ada yang bayarin jadi tenang aja!” Kata Farah

Mendengar kata gratis serontak Arsya, Dira, dan Deya bertanya, “WAH SIAPA YANG BAYARIN?”. Tiba-tiba muncullah seseorang yang mereka kenal.

“WAHHH ARWI! KOK LO BISA ADA DISINI?” semuanya heboh menanyakan bagaimana bisa Arwi mendadak ada di Kuala Lumpur.


Arwi menjelaskan bahwa seharusnya Arwi, Dito, dan Rinda ingin memberi kejutan kepada sahabat wanitanya dengan datang tiba-tiba ketempat mereka berlibur. Tetapi sangat disayangkan Dito dan Rinda tidak bisa ikut karena harus mengikuti SP (Semester Pendek). Itu sebabnya hanya Arwi yang datang kesini. Arsya menghampiri Arwi dan bertanya,


“Yakin kesini cuma karena ada kita-kita? Bilang aja lo kesepian di Jakarta dan kesini sekalian mau cari cewek, yakan?”, tanya Arsya

“Iya Sya gue kesepian soalnya gak ada lo sih jadinya gue bela-belain deh gak batalin tiket pesawat yang udah gue beli  ya gak kaya Dito sama Ridha dan langsung booking kamar dihotel lo nginep sama yang lain. Makanya besok-besok jangan lupa ajak gue kemanapun lo pergi ya jangan malah ninggalin gue.”, jawab Arwi dengan muka meledek

“Hahahha seperti biasa deh Arwi si raja gombal! Abis ini kita langsung ke hotel yuk gue capek banget”, kata Arsya.

Setelah makan, merekapun kembali ke hotel dan beristirahat.


Hari kedua mereka berencana untuk ke Genting Highlands. Pagi-pagi sekali pergi dan Karena sekarang mereka berlima dan peraturan di Malaysia melarang taksi berpenumpang lebih dari 4, alhasil mereka naik MRT untuk sampai ke tempat pemberakatan bis untuk ke Genting. Untuk mencapai Genting kita harus menaiki kereta gantung yang sangat tinggi dan panjang perjalanannya. Sungguh mengerikan  tetapi inilah salah satu pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka. Sepanjang jalan di kereta gantung yang terlihat adalah pohon dan tebing. Kabut dimana-mana membuat pemandangan jadi begitu indah dan udara disana sangatlah dingin. 2 kali lipat lebih dingin dari puncak.


Disana terdapat theme park seperti dufan. Ada yang indoor dan outdoor. Taman bermain indoor untuk anak kecil dan di outdoor terdapat permainan lebih menantang yang dikhususkan untuk orang dewasa. Mereka semua menuju tempat bermainan outdoor dan bersenang-senang memainkan semua permainan yang ada disana. Udara yang dingin membuat mereka kelaparan. Mereka akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam mallnya yaitu tempat permainan indoor untuk makan. Tidak hanya tempat bermain, disana juga terdapat restaurant dan pusat pembelanjaan seperti mall kebanyakan. Disana juga banyak berbagai souvenir untuk dijadikan oleh-oleh.


“Main, udah. Makan, udah. Beli oleh-oleh juga udah. Mau kemana lagi kita?”, tanya Farah

“Gimana kalo kita balik ke KL (Kuala Lumpur) terus kita naik KL Hop-On Hop-Off[1]? Jadi kita bisa keliling-keliling KL. Lagi pula juga kita belum ke KL Tower sama Petromas Twin Tower kan?”, jawab Deya

“Ide bagus tuh Ya! Lagi pula kan kita bisa pake KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) kita biar bayarnya pake student price buat beli tiketnya. Dengan satu tiket kita bisa sesuka hati naik dan turun bisnya kan?”, kata Dira melanjutkan

“Betul bgt itu, nanti kita bisa foto-foto didecker atasnya pasti seru!”, kata Arsya.


Setelah memutuskan seperti itu, mereka kembali ke bis menuju Kuala Lumpur dan tak lupa mereka harus menelalui tebing-tebing gunung dengan kereta gantung. Sepanjang jalan di bis Arsya terlihat kelelahan dan mengantuk. Arsya duduk disebelah Arwi sedangkan Deya, Dira, dan Farah duduk bertiga. Melihat Arsya yang terlihat pucat karena keleleahan, Arwi berkata,

“Lo kenapa Sya? Capek banget keliatannya.”

Arsya menjawab, “Iya nih capek dan ngantuk banget.”

“Yaudah lo tidur aja, senderin kepala lo nih di bahu gue.” Kata Arwi
Arsya mengangguk tanda setuju karena Arsya sudah sangat kelelahan dan Arsya tidur sepanjang jalan ke Kuala Lumpur.


Untuk mengusir rasa bosan sepanjang jalan, Arwi mengeluarkan handphonenya dan memasangkan headset ke telinganya. Tiba-tiba terputar salah satu lagu dari Jason Mraz kesukaannya. 

Lucky I’m in love with my best friend.. Lucky to have been where I have been.. Lucky to be coming home again.. Lucky we’re in love in every way.. Lucky to have stayed where we have stayed.. Lucky coming  home someday..” [2]


Arwi hanya bersenyum mendengar lagu itu. Perasaan Arwi bercampur menjadi satu. Dalam hatinya dia berkata,
“Yeah, lucky I’m in love with my best friend and I wish someday you’ll have the same feel with me.”


Tak terasa sudah 4 jam perjalanan dari Genting Highlands ke Kuala Lumpur. Mereka semua turun dari bis lalu langsung menuju halte KL Hop-On Hop-Off dan kemudian mereka naik bis tersebut. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore waktu Malaysia tetapi cuaca disana masih sangat cerah seperti masih siang. Didalam bis tersedia radio kecil dan headset disetiap tempat duduk yang berisikan suara tentang penjelasan tempat yang sedang kita kunjungi. Suara diradio sedang menjelaskan tentang KL Tower dan itu tandanya mereka akan sampai di KL Tower. Dengan hebohnya Arwi meminta mereka untuk turun di KL Tower untuk berfoto dan melihat KL Tower.


Semua heran melihat kegembiraan Arwi yang sangat semangat untuk mengajak mereka untuk turun di KL Tower dan mereka semua bertanya alasan sesungguhnya mengapa Arwi ingin sekali ke KL Tower dan Arwi menjawab, “Hahahaha semuanya jangan pada heran gitu dong. Sebenernya gue kesini karena mau liat mobil F1 (Formula One) yang ada disekitar area KL Tower,”
Mereka semua tertawa mendengar penjelasan Arwi dan akhirnya mereka semua bersama-sama melihat mobil F1 tersebut.


Tak banyak yang bisa dilihat disana. Didalam KL Tower terdapat studio mini yang memutarkan sejarah Malaysia, selain itu disana juga terdapat toko cindramata dan rata-rata harganya sangat mahal melebihi harga pasaran. Disana juga bisa menaiki puncak KL Tower tetapi memerlukan biaya yang terbilang sangat mahal. Karena mereka hanya mahasiswa biasa dan tidak membawa cukup uang jadi mereka mengurungkan niatnya untuk keatas KL Tower. Setelah selesai berkeliling, mereka menunggu bis KL Hop-On Hop-Off kembali dan menuju ke Petronas Twin Tower.


Sesampainya di Petronas mereka berfoto-foto. Kalau kata orang, belum terasa ke Malaysia jika belum foto di Petronas Twin Tower. Mereka berjalan ketaman dekat Petronas Twin Tower dan berfoto disitu karena disitulah tempat terbaik untuk foto berlatar belakang menara kembar tersebut.


Tak terasa langit sudah menjadi gelap. Mereka semua terlihat dengan gembira berfoto-foto kecuali Arsya. Melihat Arsya diam saja, Arwi menyampiri Arsya.

“Ada apa lagi sih Sya? Lagi-lagi gue liat lo murung kaya gini. Kita lagi liburan loh kok mukanya kusut amat mba?”, kata Arwi

“Gue bete banget nih. Udah dua hari ini si Argha gue telponin tapi dia gak angkat. Gue Line, BBM, Whatsapp dia gak bales. Cuma dianggap angin lalu aja kayaknya chat dari gue. Capek gue kayak gini terus. Niatnya mau seneng-seneng liburan disini eh malah jadi kepikiran begini. Gue harus apa Ar?”, jawab Arsya

“Bukannya udah biasa cowok lo kayak gitu? Sekarang mending lo ambil sisi positifnya, mungkin dia gak ngabarin karna lagi sibuk dan gak mau ganggu liburan lo. Yaudah lo maunya gue gimana biar lo gak sedih? “, kata Arwi

Arsya menjawab, “Yaudah lo beliin gue es krim green tea ya gue lagi pengen itu. Janji deh gue kalo udah makan es krim green tea gue langsung mood lagi!”

“Yaudah abis ini kita jalannya ke Suria KLCC ya disana kita beli es krim green tea. Pemandangan Petronas Twin Tower dari sana juga bagus kok. Disana juga ada water show gitu pasti bikin mood lo balik lagi deh”, kata Arwi

“Oke deh! You’ll always be my mood booster Arwi. Thanks anyway.”, kata Arsya

“You’re welcome Arsya. Yuk kita langsung jalan kesana!”, kata Arwi.


Di Suria KLCC, Arwi abis-abisan dikerjain oleh para sahabat wanitanya. Pasalnya, mereka semua iri karena hanya Arsya saja yang dibelikan es krim, oleh karena itu mau gak mau Arwi ikut mentraktir ketiga sahabat cewek yang lainnya.

“Habis ini kita pulang yuk. Kan udah gue traktir es krim, burger. Udah pada puas kan?”, kata Arwi

Mereka semua mengangguk dan menyetujui untuk kembali ke hotel.


Haripun sudah berganti, hari ini hari terakhir mereka berlima berada di Malaysia. Mereka berencana untuk mengelilingi Bukit Bintang untuk membelikan oleh-oleh kepada keluarga dan teman-teman. Kalau sudah masalah belanja-belanja begini, Dira dan Deya paling semangat untuk pergi. Karena Arsya merasa lelah, akhirnya Arsya hanya berdiam diri dikamar hotel. Tadinya Farah ingin menemani Arsya tapi Arsya melarangnya dan menyuruh Farah untuk ikut bersama 2 sahabatnya berbelanja. Sudah 2 jam ditinggal pergi sahabat-sahabatnya, Arsya merasa bosan dan ingin ikut berbelanja. Ditelponnya sahabat-sahabatnya itu tapi tidak ada yang menjawab telpon darinya. Dalam hati Arsya “Kebiasaan banget nih emang kalo udah belanja pasti lupa semuanya. Sampe telfon aja gak diangkat”.


Akhirnya Arsya memutuskan untuk berpergian sendiri. Ternyata di lobby hotel ada Arwi yang terlihat sedang menunggu seseorang.

“Nunggu siapa Ar?”, tanya Arsya

“Nungguin lo. Lo gak mau pergi emangnya? Yang lain pada udah cabut duluan kan?”, kata Arwi

“Iya sih ini mau pergi cari oleh-oleh buat Argha.”, jawab Arsya

“Yaudah yuk gue temenin dari pada lo sendirian takut kenapa-kenapa.”, kata Arwi.


Mereka berdua jalan mengelilingi Bukit Bintang dan sampailah mereka ketempat souvenir. Arsya membelikan berbagai macam barang mulai dari gantungan kunci, tempelan kulkas berbentuk bendera Malaysia sampai berbentuk Petronas Twin Tower, korek api, pulpen, asbak, coklat, permen, dan lain sebagainya untuk diberikan kepada Argha karena oleh-oleh buat keluarga dan temannya sudah dibelikan saat di Genting. Melihat Arsya yang membelikan barang segitu banyak, Arwi hanya bisa tersenyum dan ikut membantu memilih bahkan membawakan barang belanjaan Arsya.


Mereka semua kembali ke hotel dan langsung bersiap menuju bandara. Sudah tak sabar mereka untuk kembali kerumah masing-masing. Mereka kebandara dengan dua taksi yang berbeda dan lagi-lagi Arsya bersama Arwi. Ntah mengapa radio di taksi yang mereka tumpangi tiba-tiba memutar salah satu lagu Michael Buble yang berjudul Home.


May be surrounded by.. A million people I.. Still feel all alone.. I just wanna go home.. Oh, I miss you, you know..”


Sungguh sangat pas sekali lagu tersebut dengan keadaan mereka yang akan pergi pulang kerumah. Tapi saat itu, suasana di taksi mereka sangat heninya melihat jendela dan memikirkan betapa kangennya dia dengan Argha, sedangkan Arwi malah memikirkan untuk tidak mengakhiri liburannya dengan Arsya. Karena hanya disaat liburan inilah satu-satunya cara agar Arwi bisa selalu menemani Arsya kemanapun dia berada dan kapanpun dia butuhkan.


Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore waktu Indonesia. Mereka baru saja landing di Bandara Soekarno-Hatta dan setibanya disana, mereka melihat kedua sahabat prianya yang tidak ikut menyusul yaitu Dito dan Rinda. Mereka langsung heboh berpelukan karena saking kangennya dengan mereka berdua, begitu juga sebaliknya. Dito dan Rinda langsung meminta oleh-oleh yang dibelikan oleh kelima sahabatnya yang baru saja pulang dari Malaysia itu. Mereka semua bergegas pulang karena sudah lelah selama perjalanan. Tapi Dito dan Rinda bingung, karena mobil Rinda hanya bisa ditempati oleh 4 orang. Dito dan Rinda sudah berdua, jadi hanya bisa ditempati oleh 2 orang lagi. Akhirnya Dito memberikan solusi.


“Farah dijemput mamanya kan, yaudah jadi Deya sama Dira ikut gue dan Rinda. Terus Arsya sama Arwi naik mobilnya Arwi aja. Arwi, mobil lo kemaren lo titipin di bandara kan? Lagi pula lo sama Arsya kan rumahnya deketan Ar.”, kata Dito

“Yaudah kalo begitu kita sampai sini aja ya semua udah capek banget nih. Sampai ketemu senin depan!”, kata Arwi.


Mereka saling berpelukan kembali dan pada akhirnya mereka semuanya berpencar kemobil masing-masing untuk pulang kerumahnya masing-masing. Dalam perjalanan pulang, Arsya meminta untuk diturunkan dipondok indah mall saja dan melanjutkan perjalanan menggunakan taksi karena Arsya ingin memberikan kejutan kepada Argha untuk datang kerumahnya sekaligus me memberikan oleh-oleh yang sudah dibelinya. Tapi Arwi menolak dan menawarkan Arsya untuk mengantarkannya langsung kerumah Argha, sekaligus menunggui Arsya selama dirumah Argha dan mengantarkannya pulang kerumah. Arsya menyetujuinya. Tiba-tiba telpon Arsya berdering.

“Halo Mah, ada apa? Oh iya lupa ngabarin, aku udah nyampe Jakarta dan ini mau pulang.”, kata Arsya

“Haduh Nak, bikin mama khawatir aja. Kamu pulang sama Nak Arwi kan? Tadi mama udah di sms Arwi kalo kalian udah sampai Jakarta dan kamu pulang sama Arwi.”, kata Mama

“Iya mah pulang sama Arwi kok. Tunggu aku dirumah ya ma.”, lalu Arsya menutup telponnya. Dalam hati Arsya “Emang deh ya Arwi selalu jadi orang yang paling diandalkan sama Mama.”


Sesampainya dirumah Argha, Arwi menolak untuk diajak ikut masuk kedalam dengan alasan capek dan meminta agar Arwi menunggu Arsya dimobil saja. Arsya mengetuk pintu rumah Argha dan dibukakan oleh asisten rumah tangga rumah Argha. Betapa terkejutnya Arsya melihat Argha sedang berpelukan dengan seorang cewek yang tak lain adalah adik kelasnya yang tempo hari Arsya lihat sedang bergandengan tangan di Mall. Air mata langsung keluar seketika dan Arsya langsung lari keluar rumah Argha. Argha yang menyadari hal itu, langsung melepas pelukan cewek itu dan berlari mengejar Arsya. Tangan Arsya ditahan oleh Argha.


“Aku bisa jelasin ini Sya”, kata Argha

“Jelasin apa lagi Argha? Udah 3 hari ini kamu gak kabarin aku. Aku telfon, sms, bbm, line, whatsapp kamu tapi gak ada yang kamu bales. Dua hari sebelum aku ke KL juga kamu jalan berduakan ke Sency dan pegangan tangan segala. Jangan kira aku gatau Gha, aku liat dengan mata kepalaku sendiri. Kalo emang kamu udah gak mau dengan hubungan kita, kamu bilang. Jangan kaya gini caranya. Aku selama ini udah sabar banget ngadepin kamu yang kerjaannya main terus, gak bisa diandalkan. Tapi sekarang, aku udah bener-bener gak bisa ngelanjutin hubungan ini, kamu udah keterlaluan. Aku mau kita putus dan lepasin tangan aku sekarang juga!”, bentak Arsya

“Nggak Sya, aku gamau putus. Aku sayang kamu dan aku janji aku gak akan gitu lagi”, kaya Argha memohon kepada Arsya

“Aku bilang kita putus dan lepasin tangan aku! Sakit Gha! Lepasin sekarang juga”, teriak Arsya sambil terisak-isak

Merasa tidak terima dengan perkataan Arsya yang biasanya luluh jika Argha sudah memohon, Argha malah semakin erat memegang tangan Arsya hingga tangan Arsya memerah.

“Lepasin Gha! Lepasin!”, teriak Arsya semakin kencang.

Mendengar teriakan Arsya, Arwi langsung bergegas menghampiri Arsya.

“Lepasin tangan Arsya.”, kata Arwi dengan nada yang lantang

“Gak usah ikut campur deh lo! Ini urusan gue sama Arsya!”, kata Argha

‘BBUUK!’

Terlihat Argha terjatuh ketanah karena tonjokan Arwi.

“Gue udah minta lo baik-baik buat lepasin tangan Arsya. Ginilah yang terjadi kalo lo main kasar sama cewek. Oh ya dan mulai sekarang urusan Arsya adalah urusan gue juga! Jangan pernah lo hadir lagi di hidup Arsya! Yuk kita pulang Sya!”, kata Arwi


Kemudian Arwi langsung menggandeng Arsya untuk masuk ke mobil. Sepanjang jalan Arsya terus menangis. Arwi hanya bisa terdiam dan mengelus rambut panjang Arsya. Sesampainya dirumah Arsya, Arwi menyuruh Arsya untuk langsung kekamar dan berkata bahwa dia akan mengurus dan memasukan barang-barang Arsya kedalam rumahnya. Arsyapun mengangguk tanda setuju.


3 hari sudah berlalu. Hari itu hari senin, minggu pertama awal perkuliahan dimulai. Tiba-tiba terdengar suara deringan handphone dari tas Arwi.

“Halo, kenapa Sya?”, arwi menjawab telponnya

“Lo dimana? Ada yang mau gue tanyain sama lo.  Lo bisa gak sekarang juga ke tempat kita biasa ngumpul”, kata Arsya

“Bisa kok. Setengah jam lagi gue sampe sana ya.”, jawab Arwi
Benar saja, pas sekali 30 menit Arwi datang menghampiri Arsya yang sedang asik makan sushi kesukaannya. Arwi menyapa Arsya dan langsung saja merebut makanan Arsya.

“Arwi! Kebiasaan kan! Hahahha”, kata Arsya

“Hahaha abis laper banget Sya belum makan dari SD. Oh ya, emangnya apa sih yang lo mau tanyain ke gue?”, kata Arsya

“Gue mau tanya, kenapa sih selama ini lo tuh baik banget sama gue. Bukan maunya lo jahat tapi sikap lo ke gue dengan sikap lo ke Deya, Dira, dan Farah tuh beda. Semua orang juga bilang gitu. Oh ya dan kenapa waktu berantem sama Argha terakhir kali, lo bilang kalo mulai saat ini urusan gue adalah urusan lo?”, tanya Arsya
Arwi bingung menjawab apa. Dalam pikiran Arwi, mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

“Mungkin lo akan kaget mendengar penjelasan gue ini, tapi gue harap dengan penjelasan gue ini, hubungan kita semakin baik, bukan malah ngebuat kita jadi jauh. Selama ini gue sayang sama lo Sya lebih dari seorang sahabat. Itu kenapa gue selalu berusaha ada buat lo. Jadi orang bisa lo andalkan. Inget gak sih lo pernah bilang kalo lo mau cari cowok yang bisa dipercaya sama nyokap lo? Itulah alasan kenapa gue gak pernah give up selama ini karena gue juga udah deket sama keluarga lo dan itu ngebuat gue mempunyai poin besar mungkin. Itu sih menurut gue. Tapi gue gak bisa berbuat apa-apa Sya karena masih ada Argha yang lo sayang. Gue tau sesayang apa lo sama dia. Gue gak mau ganggu hubungan lo dan persahabatan kita. Oleh karena itu gue selama ini menutupi perasaan gue ini. Gue Cuma mau jadi orang yang bisa selalu ada buat lo. Ngelindungin lo. Jadi yang terbaik buat lo meski gue gak bisa memiliki lo. Gue sayang Sya sama lo. Meskipun gue hanya bisa jadi sahabat lo aja.”, kata Arwi menjelaskan


Arsya hanya bisa diam tak percaya. Ternyata selama ini apa yang dia pikirkan benar. Ternyata benar kalau Arwi sayang dengan dirinya. Tapi dengan bodohnya Arsya malah menyayangi orang yang salah. Dalam hati Arsya berkata, “Memang penyesalan selalu datang terlambat”. Dihari itu tak banyak yang mereka bicarakan. Semua terasa ada yang menganjal tetapi mereka berdua berusaha sebisa mungkin membuat suasananya menjadi seperti biasa lagi.


Tak terasa sudah tiga bulan berlalu. Hubungan Arwi dan Arsya kembali seperti semula bahkan mereka terlihat lebih dekat dan rencananya hari ini Arwi akan menjadikan Arsya sebagai pacarnya. Mendengar perkataan yang dilontarkan Arwi membuat Deya, Dira, Farah, Dito, dan Rinda ikutan heboh. Mereka sangat senang mendengar hal itu. Ternyata Arwi sudah menyiapkan bunga dan sebuah kalung bertuliskan ‘My Arsya’. Ditengah kepanikan mereka semua, tiba-tiba terdengar suara Arsya,


“HAI SEMUANYA”, kata Arsya
Serontak mereka semua kecuali Arwi bergegas meninggalkan Arsya yang baru saja menghampiri mereka. Arsya dengan cueknya langsung duduk ditempat mereka semua duduk tadi. Tiba-tiba Arwi duduk didepan Arsya dan mengeluarkan bunga mawar putih kesukaan Arysa dan memberikan sebuah kotak. Kemudian dari kejauhan, Dito, Dira, Deya, dan Farah memainkan sebuah lagu dengan diiringi oleh suara gitar yang dimainkan oleh Rinda.


Lucky I’m in love with my best friend.. Lucky to have been where I have been.. Lucky to be coming home again.. Lucky we’re in love in every way.. Lucky to have stayed where we have stayed.. Lucky coming  home someday..”


Arwi mengeluarkan kalung dari kotak dan bertanya kepada Arsya,

“Sya, maukah kamu menjadi pacarku.” Kata Arwi

Dan dengan yakinnya Arsya menjawab, “Iya Arwi, aku mau.”


Arwi langsung tersenyum dan memasangkan kalung tersebut di leher Arsya. Melihat pemandangan seperti itu yang merupakan kode bahwa Arsya telah menerima Arwi, semua sahabat mereka langsung berlari kearah mereka dan memeluk mereka dan mengucapkan selamat kepada mereka berdua sampai membuat heboh tempat tersebut, mungkin saja mereka bisa diusir dari tempat itu tapi untung saja tempat itu milik Papanya Rinda jadi tidak mungkin diusir. Arwi tidak bisa berhenti tersenyum dan di dalam hati Arwi, “Gak sia-sia selama ini gue nunggu Arsya, ya, lucky I’m in love with my best friend and finally we’re in love. Makasih Tuhan sudah menjawab doaku selama ini.”

“Ayo semuanya mau makan apa gue traktir”, teriak Arwi kepada teman-temannya

“YEAAYYYYY!”, serontak semua sahabatnya bersorak kegirangan.


Disaat semua sibuk memesan makanan, Arsya menghampiri Dira dan berkata,

“Inget gak sih kalo lo pernah bilang: Open your heart and see it with you heart not your eyes so you’ll find your real soulmate. Now I know what it means dan sekarang gue sudah merasakan dan menemukan my real soulmate. Selama ini gue cari kemana-mana ternyata dia selama ini ada didepan mata gue sendiri. Itu ya akibatnya kalo kita Cuma liat pake mata bukan pake hati.”
Dira hanya tersenyum mendengar hal itu.

Arsya berfikir betapa beruntungnya dia memiliki sahabat-sahabat seperti mereka dan memiliki pacar sekaligus sahabat seperti Arwi. Arsya memejamkan mata dan berharap agar kebahagiaan ini akan terjadi selamanya.


-Tamat-


[1] KL Hop-On Hop-Off bis double decker yang disediakan oleh pemerintah Malaysia untuk para turis untuk mengelilingi kota Kuala Lumpur.
[2] Lucky – Jason Mraz feat Colbie Caillat

Your Best Friend Is A Hidden-Soulmate

Posted on

Selasa, 08 Juli 2014

Aku seorang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta yang terletak disebuah kawasan padat penduduk di Jakarta Selatan. Sebenarnya sekolahku ini bukanlah sekolah yang istimewa, tidak seperti sekolah negri yang banyak peminatnya. Namun, entah mengapa tetap saja terhitung cukup banyak yang meminati sekolahku ini, khususnya orang-orang yang ingin bergaul. Hampir sebagian siswa baru memilih untuk bersekolah disekolahku ini bukan karena sekolahku memiliki prestasi yang membanggakan melainkan menurut mereka sekolahku merupakan salah satu sekolah bergengsi sebagai ajang untuk bergaul.

Pagi itu tepatnya pada akhir bulan Juni, aku melakukan apel pagi karena dihari itu adalah hari pertama masuk sekolah. Memang tidak berlangsung lama tetapi matahari semakin terik menyinari seluruh lapangan sekolah hingga seorang siswi baru yang jatuh pingsan, kemudian siswi tersebut langsung dibawa ke ruang UKS (Unit Kesehatan Siswa). Serentak perhatian seluruh peserta apel beralih ke siswi yang pingsan tadi hingga terjadi kericuhan. Kericuhan tersebut membuat pembina apel marah. “Semuanya harap tenang!”, kata pembina apel. Akhirnya apel tersebut kembali berjalan seperti semula dan selesai sesuai dengan waktunya.

Setelah apel berakhir, semua siswa kembali kedalam kelasnya masing-masing dan mulai belajar seperti biasa. Karena aku adalah salah satu pengurus UKS maka aku tidak kembali kekelas melainkan aku harus membantu siswi yang pingsan saat apel tersebut. Terlihat dia sudah mulai sadar dan aku langsung memberikannya minum. Dia minum sampai airnya tumpah ke roknya kemudian aku berikan dia tisu untuk membersihkan sisa tumpahan air di roknya yang mulai meresap dalam bahan rok sekolahnya. Setelah merasa bahwa dia sudah cukup kuat aku mulai mengajak dia untuk berbicara.

“Nama kamu siapa? Tadi kamu sarapan apa sampai bisa pingsan begitu?”, aku bertanya.
“Lika kak, tadi aku hanya sarapan tahu isi dan segelas air putih kak dan semalam aku kurang tidur makanya jadi seperti ini”, dia menjawab.
"Iya, sepertinya kamu kelelahan, lihat matamu itu sudah seperti mata panda saja.", aku mencoba untuk memulai membuat candaan untuk mencairkan suasana

Lika tertawa kecil lalu dia menceritakan padaku alasan mengapa dia sampai kurang tidur. Rupanya, keluarganya sedang memiliki masalah. Dia bercerita bahwa Ayah dan Ibunya sering sekali adumulut. Dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya masih berumur 8 tahun, jadi dialah yang selama ini bertugas untuk menjaga adiknya jika Ayah dan Ibunya sudah mulai bertengkar hebat. Bahkan kata dia, orang tuanya akan menjalani proses perceraian kurang dari dua minggu kedepan. Setiap malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan hal ini. Dia tidak habis pikir bagaimana jika akhirnya keluarganya akan hancur.

Rasanya sulit untuk dia memikirkan hal seperti ini, dia masih berumur 15 tahun dan belum cukup umur untuk menanggung beban seperti ini. Tidak seperti teman-teman yang lainnya, dia bahkan pulang sekolah harus mengurusi adiknya yang masih sd tersebut karena Ayah dan Ibunya yang sudah acuh tak-acuh terhadapnys dan adiknya. Mulai dari mengurusi sekolah adiknya bahkan pekerjaan rumahnyapun dia yang mengerjakan dan betapa lucunya waktu dia menceritakan bahwa adiknya bercita-cita ingin mengajaknya ke bulan. Cita-cita adiknya ini didapat karena adiknya sering mendengar salah satu lagu Klarinet yang sekarang di nyanyikan ulang oleh Cherrybelle yang berjudul "Pergi Ke Bulan".

Tak terasa waktu sudah berjalan satu jam lamanya, ntah mengapa aku seperti sudah mengenal Lika sejak lama. Kita tak malu-malu untuk berbicara bahkan bertukar pendapat, baik itu tentang sekolah maupun pelajaran hidup yang banyak aku dapatkan darinya. Setelah perbincangan yang cukup panjang tersebut akhirnya kami kembali kekelas masing-masing. Selama sebulan ini aku sering sekali berbicara dengannya dan dari yang aku tahu, dia salah satu orang yang periang, terbukti dengan banyaknya orang yang mengenalnya dan ingin berteman dengannya tetapi didalam sikap periangnya tersebut tersimpan sesuatu masalah yang cukup rumit dan mungkin aku tidak bisa setegar dia jika aku berada diposisinya.

Dia tidak memiliki musuh karena sikap dia yang baik bahkan dia sering sekali membuat orang yang disekelilingnya tertawa dan ingin menjadi teman dekatnya. Semakin lama mengenalnya, aku semakin dibuat kagum olehnya. Banyak sekali pelajaran hidup yang ku dapat darinya. Meskipun umurku 1 tahun lebih tua darinya, tapi sifatnya jauh lebih dewasa dariku. Tidak dapat ku pungkiri, dari dia lah aku bisa belajar untuk lebih dewasa dalam menanggapi masalah dan sampai saat ini, dialah salah satu sahabat dan sumber inspirasiku.