Apriliani Fitria Puspawijaya (11111023) dan Diana Nur Amalina (18111492) http://diananuramalina.blogspot.com/
3KA22
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir
(penalaran) yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatukesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali
dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Corak Penalaran Deduktif
1. Silogisme
Silogisme adalah
suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi
yang merupakan proposisi ketiga.
Silogisme terbagi menjadi tiga, yaitu:
a.
Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu
rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang
disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian
pernyataan itu. Contoh :
· Semua karyawan di perusahaan tersebut
merupakan sarjana teknik
· Semua sarjana teknik mengerti mengenai
mesin
· Jadi, semua karyawan di perusahaan
tersebut mengerti mengenai mesin
Contoh lainnya:
· Semua handphone keluaran terbaru
mempunyai fitur canggih
· Semua fitur canggih memerlukan teknologi
terkini
· Jadi, semua handphone keluaran terbaru
mempunyai teknologi terkini
Kaidah silogisme Kategorial:
o
Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga
proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
o
Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term
predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term
tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
o
Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah
tersebut dalam premis-premisnya.
o
Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat
partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
o
Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga
harus bersifat universal.
o
Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah
premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
o
Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu,
silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
o
Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan
yang sahih.
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah
semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis
bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam
proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Rumus
proposisi mayor dari silogisme ini adalah : Jika P, maka Q
Contoh
:
· Premis Mayor : Jika
Ani tidak memiliki dana 6 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia akan
diberhentikan
· Premis Minor : Ani tidak mempunyai uang
sebesar 6 juta Rupiah
· Konklusi
: Sebab itu, Ani akan diberhentikan dari kuliahnya
Contoh lainnya :
· Premis Mayor : Jika harga BBM dinaikkan, maka masyarakat
akan berdemo besar – besaran
· Premis Minor : Harga BBM tidak
jadi dinaikkan
· Konklusi
: Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo
Walaupun
premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat
kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada
contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan
tidak turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden,
sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam
silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan
mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan
pada akibatnya.
c.
Silogisme Disjungtif atau Silogisme
Alternatif
Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:
o
Proposisi mayornya merupakan sebuah
proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan
atau pilihan-pilihan.
o
Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima
atau menolak salah satu alternatifnya.
o
Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis
minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya,
jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima
dalam konklusi.
Contoh :
· Premis Mayor : Kucingku bingung, antara
ayam atau ikan yang akan dia makan
· Premis Minor :
Kucingku memakan ikan
· Konklusi
: Sebab itu, kucingku tidak memakan ayam
Contoh lainnya :
· Premis Mayor : Kunci brankas itu tersimpan
di lemari atau tasku
· Premis Minor : Kunci
brankas itu ternyata ada di tasku
· Konklusi
: Sebab itu, kunci brankas tidak tersimpan di lemari
2.
Entimem
Silogisme muncul hanya dengan dua
proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme asli/awal :
· Premis Mayor : Karyawan yang lulus seleksi penerimaan
pegawai Pegadaian dihubungi oleh bagian SDM
· Premis Minor : Adi dihubungi oleh bagian SDM
· Konklusi
: Sebab itu, Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai
Pegadaian
· Entimem
: Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian, karena
dihubungi oleh bagian SDM
Contoh lainnya:
· Premis Mayor : Semua murid
yang mau lulus ujian nasional harus mendapat nilai di atas 7
· Premis Minor : Chelsea
mendapat nilai di atas 7
· Konklusi
: Maka, Chelsea lulus ujian nasional
· Entimem
: Chelsea merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di
atas 7
3.
Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih
informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi
dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk
yang informal.
Contoh :
Jamu pahit rasanya. (hasil
generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti
pahit rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang
pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu
ini. (deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja,
yang tidak saya senangi (induksi: generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya.
(deduksi)
sumbernya:
http://rivaldiligia.wordpress.com/2012/06/04/tugas-bahasa-indonesia-penalaran-deduktif/
http://miracledy.wordpress.com/2014/03/16/penalaran-deduktif
http://nastasyas.blogspot.com/2014/03/penalaran-deduktif.html