Tik
tik tik tik tik... Pagi itu air hujan membasahi seluruh Jakarta. Tiba-tiba
terdengar bunyi suara ringtone handphone dari salah satu pemilik anggota
keluarga pada rumah yang terlihat asri dikawasan padat penduduk di Jakarta Selatan,
tepatnya di Blok S.
Kring..
kring.. kring..
“Lo
baru bangun Sya?” kata suara disebrang telpon dengan nada tinggi
“Hah?
Knp dey? Ini gue baru banget bangun ini juga karena denger bunyi telpon dari
lo” kata Arsya
“Ini
udah jam 6 Arsya. Lo gak inget pesawat kita boarding jam 10 jangan sampe telat
lo ya!” kata Deya
“Haha
iya Deya selow aja ini langsung siap-siap kok terus cus ke airport sampai
ketemu disana!” kata Arsya kemudian menutup telponnya.
Arsya
adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara, namun Arsya memiliki 1 saudara
tiri karena orang tua Arsya sudah bercerai semenjak Arsya duduk di bangku SD
tepatnya saat Arsya kelas 6 SD. Ibu Arsya sudah menikah dengan duda beranak 1,
oleh sebab itu Arsya memiliki 1 kakak tiri. Arsya merupakan tipikal anak yang
periang bahkan banyak yang tidak tau kalau dia mempunyai ayah tiri. Arsya
memiliki 3 orang sahabat perempuan yaitu Deya, Farah, Dira dan 3 orang sahabat
lelaki yaitu Arwi, Rinda, dan Dito.
Hari
ini Arsya bersama ketiga sahabat perempuannya akan pergi ke Kuala Lumpur,
Malaysia selama 3 hari 2 malam untuk berlibur. Waktu sudah menunjukan jam 7
pagi dan saatnya Arsya berangkat dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta.
Arsya mulai memasukan kopernya kedalam bagasi taksi yang akan membawanya ke
bandara. Selama perjalanan Arsya hanya memandangi rintikan hujan dari jendela
taksi dan kemudian terdengar sebuah lagu dari radio.
“So kiss me and smile for me.. Tell me that
You’ll wait for me.. Hold me like you’ll never let me go.. ‘Cause i’m leaving
on the jet plane.. I don’t know when I’ll be back again.. Oh babe, I hate to
go..”
Rupanya
lagu itu adalah lagu ‘Leaving On A Jet Plane’ yang dinyanyikan oleh Chantal
Kreviazuk. Lagu itu mengingatkan Arsya kepada pacarnya yaitu Argha. Berat untuk
Arsya meninggalkan Argha apa lagi untuk pergi jauh seperti ini. Tapi salah satu
alasan Arsya untuk pergi adalah untuk memikirkan hubungan mereka lebih lanjut
karena jujur saja Arsya sudah lelah menjalani hubungan dengan Argha.
Arsya
dan Argha sudah berpacaran selama 2 tahun. Hubungan mereka tidak berlangsung
dengan baik karena Argha yang memilki sifat kekanak-kanakan. Kerjaan Argha
sehari-hari hanya main game online dan pergi bersama teman-temannya. Bahkan
kuliahnya pun terabaikan. Bukan hanya itu, orang tua Arsya tidak begitu setuju
anaknya dengan Argha salah satunya karena sifat Argha yang seperti itu. Acuh
tak acuh terhadap masa depan.
Cinta
itu buta, ya begitulah kata orang dan Arsya menyadari hal itu. Meski sifat
Argha yang seperti itu, Arsya tetap menyayangi Argha dan selama ini, hanya
Arghalah yang bisa membuat Arsya senyaman ini. Banyak sifat-sifat kecil yang
dilakukan Argha yang membuat Arsya nyaman didekatnya dan ada saja hal yang
dilakukan Argha bisa membuat Arsya tertawa dibuatnya. Hal-hal gila Argha
membuat hidup Arsya lebih berwarna dan jarang sekali orang seperti Argha.
Lagu
tersebut selesai dimainkan. Lalu Arsya bergegas mencari sesuatu didalam tasnya.
Rupanya Arsya mengambil handphonenya dan
terkejut melihat ada 5 panggilan tak terjawab dari Arwi. Arsya mengabaikan
panggilan tak terjawab itu dan langsung mencari kontak seseorang. Kemudian
menelpon nomer tersebut.
Tutt..
tutt.. tutt.. 8 kali Arsya mencoba menelpon tetapi tidak diangkat juga. Sekali
lagi Arsya coba menelpon dan akhirnya kali ini panggilannya terjawab,
“Halo
Argha kamu dimana?”, kata Arsya
“Hai
sayang, aku dirumah, baru bangun nih. Tumben ya aku udah bangun jam segini.
Kamu dimana? Udah sampai bandara? Hati-hati ya”, Argha menjawab
“Belum
nih sebentar lagi aku sampe kok. Kamu juga hati-hati ya di Jakarta. Dadah!”,
kata Arsya
“Iya
sayang. Kabarin aku jangan lupa loh! Cepet pulang! Dadah! “ lalu Argha menutup
telponnya.
Sesampainya
dibandara, Arsya bertemu dengan Deya, Farah, Dira, dan Arwi. Arsya
bertanya-tanya mengapa Arwi ada disini? Padahal yang akan pergi hanya berempat
yang cewek saja. Arsya menyapa keempat orang sahabatnya dan mereka semua
langsung heboh sendiri dengan barang bawaan mereka yang cukup banyak padahal
mereka berlibur hanya 3 hari tapi barang bawaan mereka menunjukan seakan mereka
berlibur hingga seminggu lamanya. Tiba-tiba Arwi mendekati Arsya dan bertanya,
“Lo
kemane aje sih gak angkat telpon gue? “, kata Arwi
“Handphone
gue di silent pak jadi gak denger. Emangnya lo telfon gue ada apa sih? Sampe
ada 5 missed calls gitu?”, jawab Arsya
“Hahahah
kebiasaan banget lo silent hp. Gue kan mau menawarkan tebengan buat ke bandara,
yang lainnya juga tadi pada berangkat sama gue.”, jawab Arwi
“Emang
deh baik lo tuh gak ilang-ilang ya! selalu bisa jadi orang yang paling bisa
diandalkan diantara kita-kita. Gak apa-apa lah Ar, gue juga udah terlanjur
pesen taksi dari semalem”, kata Arsya menjelaskan.
Waktu
sudah menunjukan pukul 08.30 WIB sudah waktunya mereka untuk check in, bayar
airport tax dan masuk keruang tunggu. Arwi hanya mengantarkan hingga pintu
lobby saja dan kita berempat mengucapkan terimakasih kepada Arwi dan kemudian
Arwi menghilang dari kejauhan. Mereka berempat belum sempat sarapan, selagi
menunggu keberangkatan mereka membeli makanan cepat saji yang ada di bandara.
Setelah selesai mengisi perut, lalu mereka menuju ruang tunggu keberangkatan.
Sebelum masuk ruang tunggu, mereka harus memeriksakan passport. Tak lama
menunggu, para penumpang diizinkan masuk kedalam pesawat.
Perjalanan
sekitar 2 jam lebih. Akhirnya mereka sampai di KLIA (Kuala Lumpur International
Airport) yang berada di daerah Sepang. Sesampainya di KLIA, mereka langsung
bergegas mencari taksi untuk menuju hotel yang berada di daerah Bukit Bintang,
Kuala Lumpur. Harga taksi disana terbilang sangat mahal, bayangkan saja dari
airport ke Bukit Bintang saja dipatok harga 128 RM sekitar 450 ribu rupiah
padahal jaraknya hanya sekitar 1 jam perjalanan. Sesampainya di Bukit Bintang,
mereka mencari hotel tempat mereka menginap yang berada dijalan Alor.
Hotel
mereka menginap tepat berada didepan restauran kaki lima. Memang Bukit Bintang
tersebut tempatnya para turis jadi tak heran banyaknya warga asing yang berada
didaerah ini khususnya bagi turis yang ingin mencicipi berbagai makanan khas
restaurant tapi harga kaki lima. Sehabis menaruh barang-barang mereka dikamar
hotel, mereka memutuskan untuk makan makanan kaki lima tersebut. Disini minuman
yang terkenalnya adalah ice tea, ice tea berbeda dengan di Jakarta, kalau di
Jakarta kita mengenalnya dengan teh tarik. Sehabis makan mereka kembali ke
hotel dan bersiap-siap untuk mengitari daerah Bukti Bintang.
Mereka
semua berjalan-jalan mengelilingi mall yang ada disana, mulai dari Lot 10,
pavillion, dan Starhill Gallery. Saat ingin menuju pavillion mereka menemui
sebuah toko yang menjual beraneka macam es krim yang memiliki bentuk yang lucu
dan rasa yang bermacam-macam pula. Arsya
membeli es krim rasa choco-marsmellow. Rasanya enak sekali! Sayangnya di Jakarta es krim seperti ini jarang dijumpai. Tak
lupa mereka ke Sephora, itu adalah surganya para wanita karena disana menjual
berbagai jenis kosmetik. Tentu saja harganya mahal dan biasanya jarang ditemui
di Jakarta, bahkan di Indonesia.
Tak
terasa hari sudah malam. Arsya terlihat murung, tak seperti biasanya karena
Arsya selalu saja bawel tak bisa diam apa lagi saat berpergian seperti ini. Hera
menghampiri Arsya dan bertanya alasan kemurungan Arsya. Arsya menjawab kalo dia
kepikiran akan kejadian 2 hari yang lalu, saat itu dia berada disebuah mall di
Jakarta Selatan, saat sedang berjalan dengan Mamanya, dia melihat dari kejauhan
sosok seorang pria seperti Argha. Dalam hati Arsya berfikir mungkin hanya mirip
saja, tapi ketika melihat lebih dekat, ternyata benar itu Argha. Argha terlihat
sedang bergandengan tangan bersama seorang wanita berambut pendek dan wanita
itu adalah adek kelas Argha yang memang pernah mempunyai hubungan dengan Argha.
Arsya menyadari siapa wanita itu tapi Arsya hanya diam dan menutup mulutnya
rapat-rapat.
Setelah
mendengar cerita itu, Dira sangat kaget mendengarnya dan berkata,
“Udah
ketauan selingkuh gitu dan lo Cuma bisa diem Sya? Lo inget gak berapa kali sih
dia ketauan jalan sama cewek kaya gini? Kalo gue itung ini udah ke 3 kalinya ya
Sya.” Kata Dira
“Ya
tapi selama ini kan Argha udah janji untuk gak kaya gitu lagi. Mungkin aja dia
gitu juga karena lagi bosen sama hubungan gue dan dia. Udah 2 tahun gamungkin
gak bosen kan Ra?” jawab Arsya
“Tapi
gak begini juga Sya. Inget gak udah berapa kali lo masuk UGD karena asma? Gue
tau asma lo kambuh kalo lo udah mikirin dia kan? Berantem sama dia kan? Coba lo
inget kapan sih dia ada disaat lo butuh? Setiap janjian sama lo aja dia selalu
telat kan? Telatnya aja bisa sampe 4 jam. Inget gak lo waktu terakhir lo
berantem dan asma lo kambuh, lo sendirian dirumah dan dia gak peduli kalo lo masuk
UGD lagi? Malah Arwi deh yang bela-belain bolos kuliah buat nemenin lo.” Kata Dira.
Mendengar
perkataan Dira, Arsya tidak dapat berkata apa-apa karena semua yang dikatakan Dira
benar. Mata Arsya berkaca-kaca. Melihat Arsya seperti itu, Dira berkata,
“Gue
tau cinta itu buta dan lo nyaman sama dia. Tapi sekedar nyaman aja itu gak
cukup sahabatku. Get up and you should love yourself more than him. Sorry to
say but he’s a jerk and you deserve a better man. I’m saying this to you
because I care about you. Open your heart and see it with you heart not your
eyes so you’ll find your real soulmate.”
“Iya
Ra, thanks a lot for your advise.” Kata Arsya.
Untuk
mencairkan suasana, Farah membawa makanan korea yang ada pada food court di
pavillion.
“Nih
gue bawain makanan. Makan gih dari pada sedih-sedih mulu. Disini kan kita mau
liburan. Makanan ini juga gratis loh ada yang bayarin jadi tenang aja!” Kata
Farah
Mendengar
kata gratis serontak Arsya, Dira, dan Deya bertanya, “WAH SIAPA YANG BAYARIN?”.
Tiba-tiba muncullah seseorang yang mereka kenal.
“WAHHH
ARWI! KOK LO BISA ADA DISINI?” semuanya heboh menanyakan bagaimana bisa Arwi
mendadak ada di Kuala Lumpur.
Arwi
menjelaskan bahwa seharusnya Arwi, Dito, dan Rinda ingin memberi kejutan kepada
sahabat wanitanya dengan datang tiba-tiba ketempat mereka berlibur. Tetapi
sangat disayangkan Dito dan Rinda tidak bisa ikut karena harus mengikuti SP (Semester
Pendek). Itu sebabnya hanya Arwi yang datang kesini. Arsya menghampiri Arwi dan
bertanya,
“Yakin
kesini cuma karena ada kita-kita? Bilang aja lo kesepian di Jakarta dan kesini
sekalian mau cari cewek, yakan?”, tanya Arsya
“Iya
Sya gue kesepian soalnya gak ada lo sih jadinya gue bela-belain deh gak batalin
tiket pesawat yang udah gue beli ya gak kaya Dito sama Ridha dan langsung booking kamar dihotel lo nginep
sama yang lain. Makanya besok-besok jangan lupa ajak gue kemanapun lo pergi ya
jangan malah ninggalin gue.”, jawab Arwi dengan muka meledek
“Hahahha
seperti biasa deh Arwi si raja gombal! Abis ini kita langsung ke hotel yuk gue
capek banget”, kata Arsya.
Setelah
makan, merekapun kembali ke hotel dan beristirahat.
Hari
kedua mereka berencana untuk ke Genting Highlands. Pagi-pagi sekali pergi dan
Karena sekarang mereka berlima dan peraturan di Malaysia melarang taksi
berpenumpang lebih dari 4, alhasil mereka naik MRT untuk sampai ke tempat pemberakatan
bis untuk ke Genting. Untuk mencapai Genting kita harus menaiki kereta gantung
yang sangat tinggi dan panjang perjalanannya. Sungguh mengerikan tetapi inilah salah satu pengalaman yang tak
terlupakan bagi mereka. Sepanjang jalan di kereta gantung yang terlihat adalah
pohon dan tebing. Kabut dimana-mana membuat pemandangan jadi begitu indah dan
udara disana sangatlah dingin. 2 kali lipat lebih dingin dari puncak.
Disana
terdapat theme park seperti dufan. Ada yang indoor dan outdoor. Taman bermain indoor
untuk anak kecil dan di outdoor terdapat permainan lebih menantang yang
dikhususkan untuk orang dewasa. Mereka semua menuju tempat bermainan outdoor
dan bersenang-senang memainkan semua permainan yang ada disana. Udara yang
dingin membuat mereka kelaparan. Mereka akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam
mallnya yaitu tempat permainan indoor untuk makan. Tidak hanya tempat bermain,
disana juga terdapat restaurant dan pusat pembelanjaan seperti mall kebanyakan.
Disana juga banyak berbagai souvenir untuk dijadikan oleh-oleh.
“Main,
udah. Makan, udah. Beli oleh-oleh juga udah. Mau kemana lagi kita?”, tanya
Farah
“Gimana
kalo kita balik ke KL (Kuala Lumpur) terus kita naik KL Hop-On Hop-Off?
Jadi kita bisa keliling-keliling KL. Lagi pula juga kita belum ke KL Tower sama
Petromas Twin Tower kan?”, jawab Deya
“Ide
bagus tuh Ya! Lagi pula kan kita bisa pake KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) kita
biar bayarnya pake student price buat beli tiketnya. Dengan satu tiket kita
bisa sesuka hati naik dan turun bisnya kan?”, kata Dira melanjutkan
“Betul
bgt itu, nanti kita bisa foto-foto didecker atasnya pasti seru!”, kata Arsya.
Setelah
memutuskan seperti itu, mereka kembali ke bis menuju Kuala Lumpur dan tak lupa
mereka harus menelalui tebing-tebing gunung dengan kereta gantung. Sepanjang
jalan di bis Arsya terlihat kelelahan dan mengantuk. Arsya duduk disebelah Arwi
sedangkan Deya, Dira, dan Farah duduk bertiga. Melihat Arsya yang terlihat
pucat karena keleleahan, Arwi berkata,
“Lo
kenapa Sya? Capek banget keliatannya.”
Arsya
menjawab, “Iya nih capek dan ngantuk banget.”
“Yaudah
lo tidur aja, senderin kepala lo nih di bahu gue.” Kata Arwi
Arsya
mengangguk tanda setuju karena Arsya sudah sangat kelelahan dan Arsya tidur
sepanjang jalan ke Kuala Lumpur.
Untuk
mengusir rasa bosan sepanjang jalan, Arwi mengeluarkan handphonenya dan
memasangkan headset ke telinganya. Tiba-tiba terputar salah satu lagu dari
Jason Mraz kesukaannya.
“Lucky I’m in love with my best friend..
Lucky to have been where I have been.. Lucky to be coming home again.. Lucky
we’re in love in every way.. Lucky to have stayed where we have stayed.. Lucky
coming home someday..”
Arwi
hanya bersenyum mendengar lagu itu. Perasaan Arwi bercampur menjadi satu. Dalam
hatinya dia berkata,
“Yeah,
lucky I’m in love with my best friend and I wish someday you’ll have the same
feel with me.”
Tak
terasa sudah 4 jam perjalanan dari Genting Highlands ke Kuala Lumpur. Mereka
semua turun dari bis lalu langsung menuju halte KL Hop-On Hop-Off dan kemudian
mereka naik bis tersebut. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore waktu Malaysia
tetapi cuaca disana masih sangat cerah seperti masih siang. Didalam bis
tersedia radio kecil dan headset disetiap tempat duduk yang berisikan suara
tentang penjelasan tempat yang sedang kita kunjungi. Suara diradio sedang
menjelaskan tentang KL Tower dan itu tandanya mereka akan sampai di KL Tower.
Dengan hebohnya Arwi meminta mereka untuk turun di KL Tower untuk berfoto dan
melihat KL Tower.
Semua
heran melihat kegembiraan Arwi yang sangat semangat untuk mengajak mereka untuk
turun di KL Tower dan mereka semua bertanya alasan sesungguhnya mengapa Arwi
ingin sekali ke KL Tower dan Arwi menjawab, “Hahahaha
semuanya jangan pada heran gitu dong. Sebenernya gue kesini karena mau liat
mobil F1 (Formula One) yang ada disekitar area KL Tower,”
Mereka
semua tertawa mendengar penjelasan Arwi dan akhirnya mereka semua bersama-sama
melihat mobil F1 tersebut.
Tak
banyak yang bisa dilihat disana. Didalam KL Tower terdapat studio mini yang
memutarkan sejarah Malaysia, selain itu disana juga terdapat toko cindramata
dan rata-rata harganya sangat mahal melebihi harga pasaran. Disana juga bisa
menaiki puncak KL Tower tetapi memerlukan biaya yang terbilang sangat mahal.
Karena mereka hanya mahasiswa biasa dan tidak membawa cukup uang jadi mereka
mengurungkan niatnya untuk keatas KL Tower. Setelah selesai berkeliling, mereka
menunggu bis KL Hop-On Hop-Off kembali dan menuju ke Petronas Twin Tower.
Sesampainya
di Petronas mereka berfoto-foto. Kalau kata orang, belum terasa ke Malaysia
jika belum foto di Petronas Twin Tower. Mereka berjalan ketaman dekat Petronas
Twin Tower dan berfoto disitu karena disitulah tempat terbaik untuk foto
berlatar belakang menara kembar tersebut.
Tak
terasa langit sudah menjadi gelap. Mereka semua terlihat dengan gembira
berfoto-foto kecuali Arsya. Melihat Arsya diam saja, Arwi menyampiri Arsya.
“Ada
apa lagi sih Sya? Lagi-lagi gue liat lo murung kaya gini. Kita lagi liburan loh
kok mukanya kusut amat mba?”, kata Arwi
“Gue
bete banget nih. Udah dua hari ini si Argha gue telponin tapi dia gak angkat.
Gue Line, BBM, Whatsapp dia gak bales. Cuma dianggap angin lalu aja kayaknya
chat dari gue. Capek gue kayak gini terus. Niatnya mau seneng-seneng liburan
disini eh malah jadi kepikiran begini. Gue harus apa Ar?”, jawab Arsya
“Bukannya
udah biasa cowok lo kayak gitu? Sekarang mending lo ambil sisi positifnya,
mungkin dia gak ngabarin karna lagi sibuk dan gak mau ganggu liburan lo. Yaudah
lo maunya gue gimana biar lo gak sedih? “, kata Arwi
Arsya
menjawab, “Yaudah lo beliin gue es krim green tea ya gue lagi pengen itu. Janji
deh gue kalo udah makan es krim green tea gue langsung mood lagi!”
“Yaudah
abis ini kita jalannya ke Suria KLCC ya disana kita beli es krim green tea.
Pemandangan Petronas Twin Tower dari sana juga bagus kok. Disana juga ada water
show gitu pasti bikin mood lo balik lagi deh”, kata Arwi
“Oke
deh! You’ll always be my mood booster Arwi. Thanks anyway.”, kata Arsya
“You’re
welcome Arsya. Yuk kita langsung jalan kesana!”, kata Arwi.
Di
Suria KLCC, Arwi abis-abisan dikerjain oleh para sahabat wanitanya. Pasalnya,
mereka semua iri karena hanya Arsya saja yang dibelikan es krim, oleh karena
itu mau gak mau Arwi ikut mentraktir ketiga sahabat cewek yang lainnya.
“Habis
ini kita pulang yuk. Kan udah gue traktir es krim, burger. Udah pada puas kan?”,
kata Arwi
Mereka
semua mengangguk dan menyetujui untuk kembali ke hotel.
Haripun
sudah berganti, hari ini hari terakhir mereka berlima berada di Malaysia.
Mereka berencana untuk mengelilingi Bukit Bintang untuk membelikan oleh-oleh
kepada keluarga dan teman-teman. Kalau sudah masalah belanja-belanja begini, Dira
dan Deya paling semangat untuk pergi. Karena Arsya merasa lelah, akhirnya Arsya
hanya berdiam diri dikamar hotel. Tadinya Farah ingin menemani Arsya tapi Arsya
melarangnya dan menyuruh Farah untuk ikut bersama 2 sahabatnya berbelanja. Sudah
2 jam ditinggal pergi sahabat-sahabatnya, Arsya merasa bosan dan ingin ikut
berbelanja. Ditelponnya sahabat-sahabatnya itu tapi tidak ada yang menjawab
telpon darinya. Dalam hati Arsya “Kebiasaan banget nih emang kalo udah belanja
pasti lupa semuanya. Sampe telfon aja gak diangkat”.
Akhirnya
Arsya memutuskan untuk berpergian sendiri. Ternyata di lobby hotel ada Arwi
yang terlihat sedang menunggu seseorang.
“Nunggu
siapa Ar?”, tanya Arsya
“Nungguin
lo. Lo gak mau pergi emangnya? Yang lain pada udah cabut duluan kan?”, kata
Arwi
“Iya
sih ini mau pergi cari oleh-oleh buat Argha.”, jawab Arsya
“Yaudah
yuk gue temenin dari pada lo sendirian takut kenapa-kenapa.”, kata Arwi.
Mereka
berdua jalan mengelilingi Bukit Bintang dan sampailah mereka ketempat souvenir.
Arsya membelikan berbagai macam barang mulai dari gantungan kunci, tempelan
kulkas berbentuk bendera Malaysia sampai berbentuk Petronas Twin Tower, korek
api, pulpen, asbak, coklat, permen, dan lain sebagainya untuk diberikan kepada
Argha karena oleh-oleh buat keluarga dan temannya sudah dibelikan saat di
Genting. Melihat Arsya yang membelikan barang segitu banyak, Arwi hanya bisa
tersenyum dan ikut membantu memilih bahkan membawakan barang belanjaan Arsya.
Mereka
semua kembali ke hotel dan langsung bersiap menuju bandara. Sudah tak sabar
mereka untuk kembali kerumah masing-masing. Mereka kebandara dengan dua taksi
yang berbeda dan lagi-lagi Arsya bersama Arwi. Ntah mengapa radio di taksi yang
mereka tumpangi tiba-tiba memutar salah satu lagu Michael Buble yang berjudul
Home.
“May be surrounded by.. A million people I..
Still feel all alone.. I just wanna go home.. Oh, I miss you, you know..”
Sungguh
sangat pas sekali lagu tersebut dengan keadaan mereka yang akan pergi pulang
kerumah. Tapi saat itu, suasana di taksi mereka sangat heninya melihat jendela
dan memikirkan betapa kangennya dia dengan Argha, sedangkan Arwi malah
memikirkan untuk tidak mengakhiri liburannya dengan Arsya. Karena hanya disaat
liburan inilah satu-satunya cara agar Arwi bisa selalu menemani Arsya kemanapun
dia berada dan kapanpun dia butuhkan.
Tak
terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore waktu Indonesia. Mereka baru saja
landing di Bandara Soekarno-Hatta dan setibanya disana, mereka melihat kedua
sahabat prianya yang tidak ikut menyusul yaitu Dito dan Rinda. Mereka langsung
heboh berpelukan karena saking kangennya dengan mereka berdua, begitu juga
sebaliknya. Dito dan Rinda langsung meminta oleh-oleh yang dibelikan oleh
kelima sahabatnya yang baru saja pulang dari Malaysia itu. Mereka semua
bergegas pulang karena sudah lelah selama perjalanan. Tapi Dito dan Rinda
bingung, karena mobil Rinda hanya bisa ditempati oleh 4 orang. Dito dan Rinda sudah
berdua, jadi hanya bisa ditempati oleh 2 orang lagi. Akhirnya Dito memberikan
solusi.
“Farah
dijemput mamanya kan, yaudah jadi Deya sama Dira ikut gue dan Rinda. Terus
Arsya sama Arwi naik mobilnya Arwi aja. Arwi, mobil lo kemaren lo titipin di
bandara kan? Lagi pula lo sama Arsya kan rumahnya deketan Ar.”, kata Dito
“Yaudah
kalo begitu kita sampai sini aja ya semua udah capek banget nih. Sampai ketemu
senin depan!”, kata Arwi.
Mereka
saling berpelukan kembali dan pada akhirnya mereka semuanya berpencar kemobil
masing-masing untuk pulang kerumahnya masing-masing. Dalam perjalanan pulang,
Arsya meminta untuk diturunkan dipondok indah mall saja dan melanjutkan
perjalanan menggunakan taksi karena Arsya ingin memberikan kejutan kepada Argha
untuk datang kerumahnya sekaligus me memberikan oleh-oleh yang sudah dibelinya.
Tapi Arwi menolak dan menawarkan Arsya untuk mengantarkannya langsung kerumah
Argha, sekaligus menunggui Arsya selama dirumah Argha dan mengantarkannya
pulang kerumah. Arsya menyetujuinya. Tiba-tiba telpon Arsya berdering.
“Halo
Mah, ada apa? Oh iya lupa ngabarin, aku udah nyampe Jakarta dan ini mau
pulang.”, kata Arsya
“Haduh
Nak, bikin mama khawatir aja. Kamu pulang sama Nak Arwi kan? Tadi mama udah di
sms Arwi kalo kalian udah sampai Jakarta dan kamu pulang sama Arwi.”, kata Mama
“Iya
mah pulang sama Arwi kok. Tunggu aku dirumah ya ma.”, lalu Arsya menutup
telponnya. Dalam hati Arsya “Emang deh ya Arwi selalu jadi orang yang paling
diandalkan sama Mama.”
Sesampainya
dirumah Argha, Arwi menolak untuk diajak ikut masuk kedalam dengan alasan capek
dan meminta agar Arwi menunggu Arsya dimobil saja. Arsya mengetuk pintu rumah
Argha dan dibukakan oleh asisten rumah tangga rumah Argha. Betapa terkejutnya
Arsya melihat Argha sedang berpelukan dengan seorang cewek yang tak lain adalah
adik kelasnya yang tempo hari Arsya lihat sedang bergandengan tangan di Mall.
Air mata langsung keluar seketika dan Arsya langsung lari keluar rumah Argha.
Argha yang menyadari hal itu, langsung melepas pelukan cewek itu dan berlari
mengejar Arsya. Tangan Arsya ditahan oleh Argha.
“Aku
bisa jelasin ini Sya”, kata Argha
“Jelasin
apa lagi Argha? Udah 3 hari ini kamu gak kabarin aku. Aku telfon, sms, bbm,
line, whatsapp kamu tapi gak ada yang kamu bales. Dua hari sebelum aku ke KL
juga kamu jalan berduakan ke Sency dan pegangan tangan segala. Jangan kira aku
gatau Gha, aku liat dengan mata kepalaku sendiri. Kalo emang kamu udah gak mau
dengan hubungan kita, kamu bilang. Jangan kaya gini caranya. Aku selama ini
udah sabar banget ngadepin kamu yang kerjaannya main terus, gak bisa diandalkan.
Tapi sekarang, aku udah bener-bener gak bisa ngelanjutin hubungan ini, kamu
udah keterlaluan. Aku mau kita putus dan lepasin tangan aku sekarang juga!”,
bentak Arsya
“Nggak
Sya, aku gamau putus. Aku sayang kamu dan aku janji aku gak akan gitu lagi”,
kaya Argha memohon kepada Arsya
“Aku
bilang kita putus dan lepasin tangan aku! Sakit Gha! Lepasin sekarang juga”,
teriak Arsya sambil terisak-isak
Merasa
tidak terima dengan perkataan Arsya yang biasanya luluh jika Argha sudah
memohon, Argha malah semakin erat memegang tangan Arsya hingga tangan Arsya
memerah.
“Lepasin
Gha! Lepasin!”, teriak Arsya semakin kencang.
Mendengar
teriakan Arsya, Arwi langsung bergegas menghampiri Arsya.
“Lepasin
tangan Arsya.”, kata Arwi dengan nada yang lantang
“Gak
usah ikut campur deh lo! Ini urusan gue sama Arsya!”, kata Argha
‘BBUUK!’
Terlihat
Argha terjatuh ketanah karena tonjokan Arwi.
“Gue
udah minta lo baik-baik buat lepasin tangan Arsya. Ginilah yang terjadi kalo lo
main kasar sama cewek. Oh ya dan mulai sekarang urusan Arsya adalah urusan gue
juga! Jangan pernah lo hadir lagi di hidup Arsya! Yuk kita pulang Sya!”, kata
Arwi
Kemudian
Arwi langsung menggandeng Arsya untuk masuk ke mobil. Sepanjang jalan Arsya
terus menangis. Arwi hanya bisa terdiam dan mengelus rambut panjang Arsya.
Sesampainya dirumah Arsya, Arwi menyuruh Arsya untuk langsung kekamar dan
berkata bahwa dia akan mengurus dan memasukan barang-barang Arsya kedalam
rumahnya. Arsyapun mengangguk tanda setuju.
3 hari
sudah berlalu. Hari itu hari senin, minggu pertama awal perkuliahan dimulai.
Tiba-tiba terdengar suara deringan handphone dari tas Arwi.
“Halo,
kenapa Sya?”, arwi menjawab telponnya
“Lo
dimana? Ada yang mau gue tanyain sama lo.
Lo bisa gak sekarang juga ke tempat kita biasa ngumpul”, kata Arsya
“Bisa
kok. Setengah jam lagi gue sampe sana ya.”, jawab Arwi
Benar
saja, pas sekali 30 menit Arwi datang menghampiri Arsya yang sedang asik makan
sushi kesukaannya. Arwi menyapa Arsya dan langsung saja merebut makanan Arsya.
“Arwi!
Kebiasaan kan! Hahahha”, kata Arsya
“Hahaha
abis laper banget Sya belum makan dari SD. Oh ya, emangnya apa sih yang lo mau
tanyain ke gue?”, kata Arsya
“Gue
mau tanya, kenapa sih selama ini lo tuh baik banget sama gue. Bukan maunya lo
jahat tapi sikap lo ke gue dengan sikap lo ke Deya, Dira, dan Farah tuh beda.
Semua orang juga bilang gitu. Oh ya dan kenapa waktu berantem sama Argha
terakhir kali, lo bilang kalo mulai saat ini urusan gue adalah urusan lo?”,
tanya Arsya
Arwi
bingung menjawab apa. Dalam pikiran Arwi, mungkin ini waktu yang tepat untuk
mengungkapkannya.
“Mungkin
lo akan kaget mendengar penjelasan gue ini, tapi gue harap dengan penjelasan
gue ini, hubungan kita semakin baik, bukan malah ngebuat kita jadi jauh. Selama
ini gue sayang sama lo Sya lebih dari seorang sahabat. Itu kenapa gue selalu
berusaha ada buat lo. Jadi orang bisa lo andalkan. Inget gak sih lo pernah
bilang kalo lo mau cari cowok yang bisa dipercaya sama nyokap lo? Itulah alasan
kenapa gue gak pernah give up selama ini karena gue juga udah deket sama keluarga
lo dan itu ngebuat gue mempunyai poin besar mungkin. Itu sih menurut gue. Tapi
gue gak bisa berbuat apa-apa Sya karena masih ada Argha yang lo sayang. Gue tau
sesayang apa lo sama dia. Gue gak mau ganggu hubungan lo dan persahabatan kita.
Oleh karena itu gue selama ini menutupi perasaan gue ini. Gue Cuma mau jadi
orang yang bisa selalu ada buat lo. Ngelindungin lo. Jadi yang terbaik buat lo
meski gue gak bisa memiliki lo. Gue sayang Sya sama lo. Meskipun gue hanya bisa
jadi sahabat lo aja.”, kata Arwi menjelaskan
Arsya
hanya bisa diam tak percaya. Ternyata selama ini apa yang dia pikirkan benar.
Ternyata benar kalau Arwi sayang dengan dirinya. Tapi dengan bodohnya Arsya
malah menyayangi orang yang salah. Dalam hati Arsya berkata, “Memang penyesalan
selalu datang terlambat”. Dihari itu tak banyak yang mereka bicarakan. Semua
terasa ada yang menganjal tetapi mereka berdua berusaha sebisa mungkin membuat
suasananya menjadi seperti biasa lagi.
Tak
terasa sudah tiga bulan berlalu. Hubungan Arwi dan Arsya kembali seperti semula
bahkan mereka terlihat lebih dekat dan rencananya hari ini Arwi akan menjadikan
Arsya sebagai pacarnya. Mendengar perkataan yang dilontarkan Arwi membuat Deya,
Dira, Farah, Dito, dan Rinda ikutan heboh. Mereka sangat senang mendengar hal
itu. Ternyata Arwi sudah menyiapkan bunga dan sebuah kalung bertuliskan ‘My
Arsya’. Ditengah kepanikan mereka semua, tiba-tiba terdengar suara Arsya,
“HAI
SEMUANYA”, kata Arsya
Serontak
mereka semua kecuali Arwi bergegas meninggalkan Arsya yang baru saja
menghampiri mereka. Arsya dengan cueknya langsung duduk ditempat mereka semua
duduk tadi. Tiba-tiba Arwi duduk didepan Arsya dan mengeluarkan bunga mawar
putih kesukaan Arysa dan memberikan sebuah kotak. Kemudian dari kejauhan, Dito,
Dira, Deya, dan Farah memainkan sebuah lagu dengan diiringi oleh suara gitar
yang dimainkan oleh Rinda.
“Lucky I’m in love with my best friend..
Lucky to have been where I have been.. Lucky to be coming home again.. Lucky
we’re in love in every way.. Lucky to have stayed where we have stayed.. Lucky
coming home someday..”
Arwi
mengeluarkan kalung dari kotak dan bertanya kepada Arsya,
“Sya,
maukah kamu menjadi pacarku.” Kata Arwi
Dan
dengan yakinnya Arsya menjawab, “Iya Arwi, aku mau.”
Arwi
langsung tersenyum dan memasangkan kalung tersebut di leher Arsya. Melihat
pemandangan seperti itu yang merupakan kode bahwa Arsya telah menerima Arwi,
semua sahabat mereka langsung berlari kearah mereka dan memeluk mereka dan
mengucapkan selamat kepada mereka berdua sampai membuat heboh tempat tersebut,
mungkin saja mereka bisa diusir dari tempat itu tapi untung saja tempat itu
milik Papanya Rinda jadi tidak mungkin diusir. Arwi tidak bisa berhenti
tersenyum dan di dalam hati Arwi, “Gak sia-sia selama ini gue nunggu Arsya, ya,
lucky I’m in love with my best friend and finally we’re in love. Makasih Tuhan
sudah menjawab doaku selama ini.”
“Ayo
semuanya mau makan apa gue traktir”, teriak Arwi kepada teman-temannya
“YEAAYYYYY!”,
serontak semua sahabatnya bersorak kegirangan.
Disaat
semua sibuk memesan makanan, Arsya menghampiri Dira dan berkata,
“Inget
gak sih kalo lo pernah bilang: Open your heart and see it with you heart not
your eyes so you’ll find your real soulmate. Now I know what it means dan
sekarang gue sudah merasakan dan menemukan my real soulmate. Selama ini gue
cari kemana-mana ternyata dia selama ini ada didepan mata gue sendiri. Itu ya
akibatnya kalo kita Cuma liat pake mata bukan pake hati.”
Dira
hanya tersenyum mendengar hal itu.
Arsya
berfikir betapa beruntungnya dia memiliki sahabat-sahabat seperti mereka dan
memiliki pacar sekaligus sahabat seperti Arwi. Arsya memejamkan mata dan
berharap agar kebahagiaan ini akan terjadi selamanya.
-Tamat-