Aku seorang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta yang terletak disebuah kawasan padat penduduk di Jakarta Selatan. Sebenarnya sekolahku ini bukanlah sekolah yang istimewa, tidak seperti sekolah negri yang banyak peminatnya. Namun, entah mengapa tetap saja terhitung cukup banyak yang meminati sekolahku ini, khususnya orang-orang yang ingin bergaul. Hampir sebagian siswa baru memilih untuk bersekolah disekolahku ini bukan karena sekolahku memiliki prestasi yang membanggakan melainkan menurut mereka sekolahku merupakan salah satu sekolah bergengsi sebagai ajang untuk bergaul.
Pagi itu tepatnya pada akhir bulan Juni, aku melakukan apel pagi karena dihari itu adalah hari pertama masuk sekolah. Memang tidak berlangsung lama tetapi matahari semakin terik menyinari seluruh lapangan sekolah hingga seorang siswi baru yang jatuh pingsan, kemudian siswi tersebut langsung dibawa ke ruang UKS (Unit Kesehatan Siswa). Serentak perhatian seluruh peserta apel beralih ke siswi yang pingsan tadi hingga terjadi kericuhan. Kericuhan tersebut membuat pembina apel marah. “Semuanya harap tenang!”, kata pembina apel. Akhirnya apel tersebut kembali berjalan seperti semula dan selesai sesuai dengan waktunya.
Setelah apel berakhir, semua siswa kembali kedalam kelasnya masing-masing dan mulai belajar seperti biasa. Karena aku adalah salah satu pengurus UKS maka aku tidak kembali kekelas melainkan aku harus membantu siswi yang pingsan saat apel tersebut. Terlihat dia sudah mulai sadar dan aku langsung memberikannya minum. Dia minum sampai airnya tumpah ke roknya kemudian aku berikan dia tisu untuk membersihkan sisa tumpahan air di roknya yang mulai meresap dalam bahan rok sekolahnya. Setelah merasa bahwa dia sudah cukup kuat aku mulai mengajak dia untuk berbicara.
“Nama kamu siapa? Tadi kamu sarapan apa sampai bisa pingsan begitu?”, aku bertanya.
“Lika kak, tadi aku hanya sarapan tahu isi dan segelas air putih kak dan semalam aku kurang tidur makanya jadi seperti ini”, dia menjawab.
"Iya, sepertinya kamu kelelahan, lihat matamu itu sudah seperti mata panda saja.", aku mencoba untuk memulai membuat candaan untuk mencairkan suasana
Lika tertawa kecil lalu dia menceritakan padaku alasan mengapa dia sampai kurang tidur. Rupanya, keluarganya sedang memiliki masalah. Dia bercerita bahwa Ayah dan Ibunya sering sekali adumulut. Dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya masih berumur 8 tahun, jadi dialah yang selama ini bertugas untuk menjaga adiknya jika Ayah dan Ibunya sudah mulai bertengkar hebat. Bahkan kata dia, orang tuanya akan menjalani proses perceraian kurang dari dua minggu kedepan. Setiap malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan hal ini. Dia tidak habis pikir bagaimana jika akhirnya keluarganya akan hancur.
Rasanya sulit untuk dia memikirkan hal seperti ini, dia masih berumur 15 tahun dan belum cukup umur untuk menanggung beban seperti ini. Tidak seperti teman-teman yang lainnya, dia bahkan pulang sekolah harus mengurusi adiknya yang masih sd tersebut karena Ayah dan Ibunya yang sudah acuh tak-acuh terhadapnys dan adiknya. Mulai dari mengurusi sekolah adiknya bahkan pekerjaan rumahnyapun dia yang mengerjakan dan betapa lucunya waktu dia menceritakan bahwa adiknya bercita-cita ingin mengajaknya ke bulan. Cita-cita adiknya ini didapat karena adiknya sering mendengar salah satu lagu Klarinet yang sekarang di nyanyikan ulang oleh Cherrybelle yang berjudul "Pergi Ke Bulan".
Tak terasa waktu sudah berjalan satu jam lamanya, ntah mengapa aku seperti sudah mengenal Lika sejak lama. Kita tak malu-malu untuk berbicara bahkan bertukar pendapat, baik itu tentang sekolah maupun pelajaran hidup yang banyak aku dapatkan darinya. Setelah perbincangan yang cukup panjang tersebut akhirnya kami kembali kekelas masing-masing. Selama sebulan ini aku sering sekali berbicara dengannya dan dari yang aku tahu, dia salah satu orang yang periang, terbukti dengan banyaknya orang yang mengenalnya dan ingin berteman dengannya tetapi didalam sikap periangnya tersebut tersimpan sesuatu masalah yang cukup rumit dan mungkin aku tidak bisa setegar dia jika aku berada diposisinya.
Dia tidak memiliki musuh karena sikap dia yang baik bahkan dia sering sekali membuat orang yang disekelilingnya tertawa dan ingin menjadi teman dekatnya. Semakin lama mengenalnya, aku semakin dibuat kagum olehnya. Banyak sekali pelajaran hidup yang ku dapat darinya. Meskipun umurku 1 tahun lebih tua darinya, tapi sifatnya jauh lebih dewasa dariku. Tidak dapat ku pungkiri, dari dia lah aku bisa belajar untuk lebih dewasa dalam menanggapi masalah dan sampai saat ini, dialah salah satu sahabat dan sumber inspirasiku.