A.
Produsen dan Fungsi Produksi
Definisi Produsen
Pengertian produsen adalah setiap
orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.
Produsen dalam ekonomi adalah usaha
menciptakan dan meningkatkan nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan dan
orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau dipasarkan disebut
produsen, sedangkan proses menghasilkan barang dan jasa disebut produksi. Untuk
dapat melakukan kegiatan produksi, seorang produsen membutuhkan faktor-faktor
produksi. Terdapat dua macam faktor produksi, yaitu:
1. Faktor
Produksi Asli
- Alam, contohnya: Tanah, Air, Udara, Sinar matahari, Barang tambang, dan lain-lain.
- Tenaga kerja. Tanpa adanya tenaga kerja, sumber daya alam tidak akan dapat diolah.
2. Faktor
Produksi Turunan
- Kewirausahaan. Keahlian ataupun keterampilan.
- Modal.
Fungsi Produksi
Teori produksi merupakan teori
pemilihan atas berbagai alternatif, terutama menyangkut keputusan yang diambil
oleh seorang produsen dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif yang
ada. Produsen berusaha dalam memaksimalkan produksi yang dapat dicapainya
dengan suatu kendala biaya tertentu agar dapat dihasilkan keuntungan yang maksimal.
Faktor produksi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat tergantung dari faktor produksi sebagai input (masukan) dalam proses produksi tersebut. Untuk memproduksi suatu barang atau jasa, perusahaan memerlukan sumber atau faktor produksi. Hal ini berarti nilai produk yang dihasilkan tersebut tergantung dari nilai faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksinya. Keterkaitan antara nilai produk (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi itu disebut fungsi produksi.
Faktor produksi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat tergantung dari faktor produksi sebagai input (masukan) dalam proses produksi tersebut. Untuk memproduksi suatu barang atau jasa, perusahaan memerlukan sumber atau faktor produksi. Hal ini berarti nilai produk yang dihasilkan tersebut tergantung dari nilai faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksinya. Keterkaitan antara nilai produk (output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi itu disebut fungsi produksi.
Fungsi
produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik
atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan
jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan
harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara
matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn)
Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn)
Dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, …, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b)
Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c)
Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam
teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns (Hukum
Kenaikan Hasil Berkurang): Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu
macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output
yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi
mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus
ditambahkan.
B.
Produksi Optimal
Produksi optimal adalah suatu cara meningkatkan nilai
dari suatu produksi dengan pengarus variabel. Cara mengoptimalkan produksi bisa
dengan meningkatkan kualitas produksi, jumlah produksi, manfaat produksi,
bentuk fisik produksi, dan lain-lain. Konsep efisiensi dari aspek ekonomis
dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi
produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi
ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep
efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi.
Tingkat
Produksi Optimal
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ)
adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total
biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya
persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying
cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimum. Artinya, tingkat produksi
optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori
cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan
barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah
persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan.Metode EPQ
menggunakan asumsi sebagai berikut:
- barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
- Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
- Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan Volume
Produksi yang Optimal
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah
produk optimal hanya memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam
persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
- Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
- Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya
yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin
tinggi.Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
(termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2. Biaya modal (opportunity cost of
capital)
3. Biaya keusangan
4. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi
laporan
5. Biaya asuransi persediaan
6. Biaya pajak persediaan
7. Biaya pencurian, pengrusakan atau
perampokan
8. Biaya penanganan persediaan, dan
sebagainya.
C. Least Cost Combination
Least
Cost Combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan
biaya terendah, apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Isoquant atau yang sering disebut juga dengan Isoproduct Curve adalah kurva
yang menunjukkan hubungan antara berbagai kemungkinan kombinasi 2 input variable
dengan tingkat output tertentu. Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat
biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan
atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau
yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh
DX1 masih menguntungkan.
Least Cost Combination (LCC)
Penggunaan kombinasi faktor produksi dengan menggunakan biaya yang paling
murah. Syarat LCC: MRTS (marginal rate of technical substitution), bila
menambah salah satu input maka mengurangi penggunaan input. Marginal Rate Of
Technical (MTRS adalah jumlah satu input (x1) yang harus ditambah jika input
lain (x2) dikurangin tingkat output yang dihasilkan tetap, syarat diatas
disebut juga Least Cost Combination.
Dalam rangka untuk menentukan kombinasi terbaik dari modal dan tenaga kerja untuk menghasilkan output itu, kita harus mengetahui jumlah dana tersedia untuk produsen untuk dibelanjakan pada masukan dan juga harga masukan. Anggaplah bahwa produsen telah dipelepasannya. 10.000 untuk dua input, dan bahwa harga dari dua masukan sebagai. 1000 per unit modal dan. 200 per unit tenaga kerja. Perusahaan akan memiliki tiga kemungkinan alternatif sebelumnya.
1. Untuk
menghabiskan uang hanya pada modal dan aman 10 unit itu.
2. Untuk
menghabiskan jumlah tersebut hanya pada tenaga kerja dan mengamankan 50 unit
tenaga kerja.
3. Untuk
menghabiskan jumlah tersebut sebagian pada modal dan sebagian pada tenaga
kerja.
Garis harga faktor
juga dikenal sebagai garis isocost karena mewakili berbagai kombinasi input
yang dapat dibeli untuk jumlah uang yang diberikan dialokasikan. Kemiringan
garis harga faktor menunjukkan rasio harga modal dan tenaga kerja yaitu. 1:5.
Dengan menggabungkan Isoquant dan garis harga faktor, seseorang dapat
mengetahui kombinasi optimal faktor-faktor yang akan memaksimalkan output.
Sumber:
http://riesdis.wordpress.com/2011/03/31/perilaku-produsen/
http://yaeldaa.blogspot.com/2012/01/teori-perilaku-konsumen.html
http://sarahnatasha58.blogspot.com/2012/10/fungsi-produksi-dan-fungsi-biaya.html
http://amahabas.wordpress.com/diary/teori-organisasi-umum-2/minggu-5-perilaku-produsen-produksi-optimal/
http://faiza-ulfa.blogspot.com/2012/03/produksi-optimal-dan-least-cost.html